Selasa, 24 Februari 2009

Arief Rahman: Lima Tahun Lagi Terjadi Jurang Pemisah Pendidikan

Selasa, 24 Februari 2009 | 14:50 WIB

JAKARTA, SELASA- Arief Rahman, pakar pendidikan, mempredikasikan dalam lima tahun ke depan akan terjadi jurang pemisah di level pendidikan. Kondisi ini terjadi karena areal pendidikan lebih pro kepada yang berprestasi dan kaya dibanding kepada anak yang tidak berprestasi dan berasal dari ekonomi bawah.

"Sekarang sekolah bermutu selalu diikuti dengan biaya tinggi, sehingga anak yang bermutu tapi tidak diikuti dukungan keuangan biasanya akan tergeser ke sekolahan tidak bermutu," kata Arief saat menghadiri penandatanganan nota kesepahaman beasiswa dari Mien R Uno Foundation dengan Universitas Paramadina di Jakarta, Selasa (24/2).


Dengan kondisi pendidikan seperti itu, kata Arief, sekolah yang bermutu selalu diisi anak-anak pandai. "Jadi anak-anak yang dalam otaknya setengah dan kurang akan selalu tergeser ke arah yang tidak baik, sehingga kita bisa membayangkan di masa yang akan datang, lima tahun saja, akan terjadi jurang pemisah antara si kaya dan cerdas dengan miskin dan bodoh. Nah tanggung jawab siapa yang miskin dan bodoh," katanya lebih lanjut.

Menurut dia, pendidikan mestinya tidak hanya mencari yang bermutu tapi harus berkeadilan, equity dan quality. "Tidak bisa hanya bermutu saja. Kemudian yang tidak bermutu kemana?," ujar Arief.

Guna memfasilitasi anak-anak kurang beruntung ini, Arief melalui Perguruan Dipenogoro membuka sekolah-sekolah bagi anak kurang mampu sekaligus yang tidak berprestasi. "Di perguruan ini yang saya tanamkan adalah kejujuran dalam berpendidikan. Sampai-sampai yang tidak lulus tahun lalu 113 siswa. Ya itu, karena mengusung kejujuran," ungkap Arief.

Menurut Arief 76 persen dari total jumlah siswa adalah anak dari keluarga Dhuafa, seperti buruh cuci, kuli bangunan, tukang sayur, dan penggali kuburan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by Berita  |  Template by Blogspot tutorial